SEKILAS TENTANG ORGANISASI JALASENASTRI
Sejarah Jalasenastri
Bag.1
Sejarah pertumbuhan
Jalasenastri erat kaitannya dengan keberadaan organisasi wanita Indonesia yang
secara kesatuan telah lahir pada tahun 1928 melalui Kongres Perempuan
Indonesia-I. Pergerakan wanita Indonesia sebelumnya masih bersifat kedaerahan,
namun telah menunjukkan langkah yang makin berkembang ke arah nasional yang
mewakili kepentingan bersama. Mereka bergerak dan berjuang didorong dengan
adanya penderitaan akibat penjajahan.
Dimana-mana
timbul organisasi pejuang. Seiring dengan perkembangan organisasi wanita pada
masa itu, para isteri pemuda pelaut yang tersebar di kota-kota pelabuhan dan
Markas Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), atas dasar rasa senasib
sepenanggungan dan seperjuangan juga mendirikan perkumpulan. Perkumpulan
tersebut mempunyai kegiatan untuk membantu perjuangan suami yang berada di
garis depan serta memelihara dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Pada tahun 1946, para
isteri anggota ALRI di beberapa tempat berusaha menghimpun kekuatan mereka,
agar dapat mengemban tugasnya sebagai isteri pejuang. Perkumpulan mereka
terbentuk secara spontan dan setempat oleh dorongan senasib sepenanggungan
sebagai keluarga pelaut.
Organisasi isteri anggota
ALRI tumbuh dengan cepat, baik di Jawa maupun di luar Jawa yang masing-masing
berdiri sendiri tanpa ada hubungan dan dengan nama yang berbeda seperti :
Persatuan Puteri Keluarga Angkatan Laut (PPKAL) di Lawang, di Yogyakarta, di
Tegal, di Pariaman, Ikatan Keluarga Angkatan Laut (IKAL) di Jakarta, Ikatan
Wanita Angkatan Laut (IWAL) di Surabaya, IKAL di Makassar dan Persatuan Isteri
Angkatan Laut (PERIAL) di Tanjung Pinang. Kondisi seperti ini menimbulkan suatu
gagasan dari Ny. Raharti Subijakto selaku isteri Kasal untuk menyatukan seluruh
organisasi keluarga Angkatan Laut.
Setelah ada
kesepakatan antara IKAL Jakarta dan IWAL Surabaya, kemudian kedua organisasi
ini memprakarsai untuk mengadakan pertemuan bagi seluruh organisasi yang ada. Pertemuan diadakan pada tanggal 27-29
Agustus 1957 bertempat di Jalan Diponegoro No. 51 Jakarta yang kemudian dikenal
dengan nama Konperensi Jalasenastri, karena berhasil membentuk wadah tunggal
organisasi yaitu Jalasenastri. Selanjutnya organisasi wanita ALRI yang telah
ada di beberapa tempat menjadi cabang Jalasenastri.
Untuk
melaksanakan konsolidasi dan memantapkan gerak langkah Jalasenastri di bidang
sosial, politik dan budaya sesuai dengan situasi negara pada saat itu
Jalasenastri melaksanakan Kongres I, II dan ke III dengan hasil nyata
ditetapkannya Jalasenastri menjadi satu-satunya organisasi isteri anggota ALRI
dan bersifat semi dinas. Kondisi yang tidak menguntungkan akibat adanya
pemberontakan G-30-S/PKI membuat para Pemimpin ALRI meningkatkan pengendaliannya
ke seluruh unsurnya termasuk pengamanan terhadap Jalasenastri. Konsekwensi dari
usaha pengamanan terhadap organisasi ini adalah melakukan penyesuaian pada
struktur organisasinya. Sebagai tindak lanjut dari upaya ini, melalui Musyawarah Kerja
pada tanggal 1 Nopember 1966 berhasil menetapkan keputusan bahwa isteri
pemimpin tertinggi ALRI memegang pimpinan pusat Jalasenastri.
Tanggal 13 Januari 1970
Jalasenastri ditetapkan sebagai organisasi dinas ekstra struktural sejalan
dengan adanya integrasi ABRI. Terjadi pula pengintegrasian istri ABRI dalam
wadah Dharma Pertiwi, Dharma Pertiwi menjadi induk dari segenap organisasi
istri ABRI, maka AD, ART, atribut dan pensusunan rencana kerja jalasenastri
mengacu pada ketentuan yang ada pada Dharma Pertiwi
Demikianlah sekilas sejarah tentang Jalasenastri,semoga bermanfaat,Terima Kasih. Untuk selanjutnya akan kami tampilkan mengenai struktur kepengurusan Jalasenastri pada bagian 2.
Salam,
Ny.Agung Jaya Saktika
Ketua Cabang 9 Korcab IV DJAB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar